Seorang pencopet tertangkap. Apa istimewanya? Di mana nilai beritanya?
Namun, ketidaklaziman itulah yang mencuatkan haru: wajahnya lugu dan kerap tersenyum, raut mukanya tidak tampak bersedih, katanya, "Apa gunanya saya tutup-tutupi. Saya memang salah karena nyopet, tetapi saya lakukan itu karena enggak ada pilihan. Anak saya perlu susu, istri perlu makan, sedangkan jualan saya digusur terus." (Kompas, 20/5/2005).
Pardi, si pencopet itu, adalah potret murung orang-orang yang terpinggirkan, dikejar-kejar, sehingga dia berada posisi terjepit dan kehilangan ruang untuk bernapas. Inilah wajah orang miskin yang lapar. Kepada siapa mengadu? Tiada seorang pun! Mungkin termasuk teman untuk mengutang. Orang tak bekerja, siapa percaya?
Oh... Indonesia ku...........
No comments:
Post a Comment